Sosok Ade Armando, Kecil Dikucilkan, Ayah Berpangkat Mayor Diberhentikan Setelah G30S/PKI 1965
"Siapa tahu kelak PIS –baca peace– jadi partai politik. Setidaknya bisa jadi ormas untuk mendukung satu partai politik," ujar Dahlan.
Baca Juga:
Menurut Dahlan Iskan, spirit untuk ke sana mestinya besar. Agar Ade bisa melakukan perubahan bangsa lewat kekuasaan. Ia tentu punya ''dendam'' untuk membuat bangsanya tidak seperti masa kecilnya: miskin dan terkucilkan.
"Miskin karena orang tuanya harus kehilangan pekerjaan sebagai tentara. Sebenarnya pangkat bapaknya lumayan: mayor. Jabatannya juga lumayan: atase militer di dua negara ASEAN," katanya.
Dahlan Iskan juga menyebut, Ayah Ade Armando harus diberhentikan setelah G-30-S/PKI pada 1965. Mungkin dianggap terlalu Sukarnois –yang harus dibersihkan oleh Orde Baru.
"Keluarga ini sampai harus merantau ke Malaysia untuk mencari penghidupan. Di Malaysia, Ade-kecil merasa dihina-hina. Ia tidak bisa bahasa Inggris," katanya.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya telah menangkap tujuh orang terduga pengeroyok Ade Armando. Ketujuh orang itu masing-masing bernama Muhammad Bagja, Komarudin, Dhia Ul Haq, Abdul Latif, Arif Pardhiani, Markos Iswan, dan Alfikri Hidayatullah.
"Mereka ditetapkan sebagai tersangka aksi kekerasan ini," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan di Jakarta, Kamis (14/4).
Dua nama terakhir yang ditangkap polisi terkait kasus pengeroyokan Ade Armando ialah Markos Iswan dan Alfikri Hidayatullah. Markos Iswan ditangkap petugas di Sawangan, Depok, Jawa Barat, sedangkan Alfikri diringkus di Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Kamis dini hari. (fat/jpnn)
Berita ini telah tayang di JPNN.com dengan judul: Ade Armando Menenggelamkan Isu yang Diperjuangkan Mahasiswa
Sosok Ade Armando saat kecil dikucilkan karena tidak bisa bahasa Inggris dan ayahnya berpangkat mayor diberhentikan setelah G30S/PKI 1965
Redaktur & Reporter : Arwan Mannaungeng
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Sultra di Google News