Lebaran Mandura 7 Syawal 1443 Hijriah
sultra.jpnn.com, PALU - Lain ladang lain belalang. Seperti itulah peribahasa menggambarkan setiap daerah memiliki adat istiadat yang berbeda.
Lihat saja warga di Kelurahan Baru, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah menggelar tradisi budaya Lebaran Mandura 7 Syawal usai Idulfitri 1443 Hijriah, Minggu (8/5).
"Lebaran Mandura ini dapat menjaga tali silaturahim antar warga khususnya warga Kelurahan Baru dan umumnya warga Kota Palu," jelas Wakil Wali Kota Palu dr Reny Lamadjido yang hadir dalam kegiatan tersebut di Masjid Jami.
Pemerintah Kota Palu juga mengapresiasi pihak warga Kelurahan Baru yang telah menggelar Lebaran Mandura setelah sebelumnya selama dua tahun hanya digelar sederhana karena pandemi COVID-19.
"Kita tidak bisa dapatkan tradisi ini di daerah lain. Mungkin ada tapi rasanya beda. Dengan kegiatan ini semoga silaturahim di antara kita semua terjaga dengan baik," ungkap Reny.
Mandura yang berbahan dasar ketan yang dibuat oleh warga Kelurahan Baru ini terdapat tiga warna, yakni merah, putih, dan hitam yang ketiganya mempunyai filosofi yang berbeda.
Merah yang berarti berani, putih yang berarti suci dan hitam diartikan sebagai keadilan dan kejujuran.
Ketua Panitia Lebaran Mandura, Hardi, menambahkan warga di Kelurahan tersebut membuat Mandura yang menyerupai piramida dengan tinggi kurang lebih satu meter, serta mandura yang berukuran besar dengan berat kurang lebih 20 kilogram.
Masyrakat Kota Palu punya Lebaran Mandura 7 Syawal. Lebaran ini digelar setelah lebaran idulfitri
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Sultra di Google News