Sosok Siti Latifah Herawati Diah di Mata Mantan Ketua PWI Sultra

sultra.jpnn.com, KENDARI - Sosok Siti Latifah Herawati Diah sebagai wartawati hebat yang diakui dunia banyak menginspirasi. Karena itulah, Google Doodle hari ini, Minggu (3/4) memasang wajahnya sebagai bentuk penghormatan di hari kelahiran tepat 3 April 1917.

Mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulawesi Tenggara Periode 2010-2015, Sudirman Duhari punya kenangan sendiri terhadap sosok Siti Latifah Herawati Diah.

Sebelum Diah meninggal dunia pada Jumat, 30 September 2016 pukul 04.20 WIB di Rumah Sakit Medistra Jakarta, Sudirman sering melihat di acara Hari Pers Nasional. Namun sejak tahun 2010, dia tak pernah lagi melihat Diah.

"Menurut rekan-rekan senior saya yang mengenalnya lebih dekat, ketidak hadiran Ibu Herawati, karena memang usianya sudah terlalu uzur. Itulah sebabnya beberapa tahun belakangan, Ibu Herawati terlihat selalu dipapah jika menghadiri acara-acara. Beliau Wafat di usia 99 tahun. Usia panjang yang jarang terjadi bagi orang Indonesia," kata Sudirman seperti yang dilansir Wagata Berita.

Sudirman mengatakan, Siti Latifah Herawati Diah bersama Burhanuddin Muhammad Diah, aktif hingga akhir hayat untuk memperjuangkan cita-cita bangsa Indonesia melalui berbagai kegiatan dan aktivitasnya serta berbagai organisasi sosial yang digelutinya.

Siti Latifah Herawati Diah lahir 3 April 1917 di Tanjung Pandan, Belitung. Menyelesaikan pendidikannya di perguran tinggi luar negeri sebelum Indonesia Merdeka. Dia Belajar Sosiologi di Barnard College, Universitas Columbia, New York.

Setahun setelah lulus, tepatnya tahun 1942, ia kembali ke Indonesia. Ia lalu bekerja di United Press Internasional (UPI), selanjutnya menjadi penyiar radio Hosokyoku pada zaman penjajahan Jepang.

Herawati jatuh cinta dengan BM Diah yang juga bekerja sebagai wartawan Radio Hosokyoku. Mereka berpacaran hingga akhirnya menikah 18 Agustus 1942.