Pendeta Saifuddin Ibrahim, Sebelum Murtad Pernah Jadi Aktivis NII
sultra.jpnn.com, KENDARI - Pendeta Saifuddin Ibrahim besar di keluarga muslim yang pemahaman islamnya kuat. Dia hidup dengan para aktivis Muhammadiyah.
Saat masih memeluk Islam, Pendeta Saifuddin Ibrahim pernah nyantri di Pondok Shabran, Sukoharjo. Dia berlajar di pondok berstatus perwakilan dari Pimpinan Wilayah Mauhammadiyah (PWM) Nusa Tenggara Barat.
Pernah juga mengajar di Pondok Muhammadiyah Darul Aqram Sawangan, Kota Depok, pada pertengahan 1993.
Sahabat Pendeta Saifuddin Ibrahim, Rusli Saimun dalam sebuah wawancara dengan Radar Bogor menyatakan, Saifuddin pernah menjadi aktivis Negara Islam Indonesia (NII) Komandemen Wilayah (KW) 11 yang meliputi Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cianjur, dan Sukabumi.
”NII merupakan aliran sesat yang kini sudah dibubarkan oleh Pemerintah RI. Ada kemungkinan juga sebelum 1993 dia sudah masuk NII,’’ kata Rusli.
Rusli bercerita, Ibrahim mulai menanamkan pemahaman kepada murid-muridnya untuk tidak salat. Karena menurut pemahamannya, Indonesia belum futhu Mekkah, sehingga belum wajib untuk melakukan salat.
Hingga pada 1996, Ibrahim kabur dari pondok pesantren lantaran merasa diburu intelijen kepolisian.
”Sejak saat itu saya tidak ketemu lagi. Saya mendapat kabar, beliau itu sudah ke Pondok Pesantren Al-Zaytun di Kabupaten Indramayu,’’ ujarnya sembari mengingat-ingat kembali.
Pendeta Saifuddin Ibrahim besar di keluarga muslim yang pemahaman islamnya kuat. Sebelum murtad, pernah jadi aktivis Negara Islam Indonesia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Sultra di Google News